Perempuan Tidak Dilahirkan Ke Dunia Untuk Disakiti

Perempuan dilahirkan ke dunia untuk diperlakukan sebaik-baiknya.

M. Zakiyuddin Munziri
2 min readDec 25, 2021

--

This article is originally posted at Blog Zakiego website: Perempuan Tidak Dilahirkan Ke Dunia Untuk Disakiti (blog.zakiego.my.id)

Perempuan tidak dilahirkan ke dunia untuk disakiti.

Sering sekali saya mendengar cerita, perempuan yang disakiti oleh pasangannya. Bahkan sampai melakukan kekerasan fisik. Apalagi disebabkan hanya untuk masalah yang sepele. Saya tidak habis pikir.

Perempuan tidak dilahirkan ke dunia untuk disakiti.

Seorang perempuan dilahirkan oleh ibu yang teramat menyayanginya. Dibesarkan bersama seorang ayah yang berpeluh, bahagianya hanya satu, saat pulang ke rumah, ada manusia kecil yang telah menunggunya. Orang tuanya tak henti-henti mengangkat tangan kian tinggi, mendoakan kebaikan untuk anak perempuannya itu.

Saat dia beranjak besar. Dia memutuskan untuk membersamai langkahmu. Mengisi hari-harimu. Secara tidak langsung, kau merebutnya dari orang tua yang merawatnya selama bertahun-tahun.

Lalu? Dengan bodohnya, kau sakiti hatinya, kau sakiti raganya.

Perempuan tidak dilahirkan ke dunia untuk disakiti.

Jika pun memang dia salah, ada hal-hal yang tak kau suka darinya, bukan begitu caranya. Laki-laki sejati adalah laki-laki yang paling baik dengan keluarganya, dengan istri dan anaknya.

Tidak ada manusia di dunia ini yang senang diperlakukan kasar, bahkan dirimu sendiri.

Genggam tangannya, dekap hatinya, bicaralah.

Manusia bergerak atas kendali dari hati dan pikirannya. Bicara baik-baik. Ajak untuk berpikir. Jangan kau anggap manusia lain seperti batu yang tak bisa diubah, kecuali dihantam dengan palu. Manusia bisa berubah setiap waktu.

Perempuan tidak dilahirkan ke dunia untuk disakiti.

Perempuan dilahirkan ke dunia untuk diperlakukan sebaik-baiknya. Ia hadir untuk mendapat kasih sayang. Untuk menjadi co-pilot paling andal yang duduk di sampingmu.

--

--

M. Zakiyuddin Munziri
M. Zakiyuddin Munziri

Written by M. Zakiyuddin Munziri

Tertulis yang terlintas, agar tak terlupakan.

No responses yet